Mie Ayam Rahma, Kenikmatan Dalam Setiap Suapan

Lingkarmetro.com | TRIMURJO, LAMPUNG TENGAH – Aroma harum kaldu ayam bercampur wangi daun bawang menyeruak dari sebuah warung sederhana di sudut Kampung Untoro, Kecamatan Trimurjo.
Di balik meja kayu yang mulai kusam termakan waktu, seorang pria paruh baya tampak lincah mengaduk mie dalam panci besar, menyiramnya dengan kuah panas, lalu menaburkan potongan ayam berbumbu kecokelatan.
Warung itu bernama Mie Ayam Rahma. Sudah lima tahun lamanya ia menjadi salah satu tujuan favorit warga sekitar untuk sekadar mengganjal lapar di siang hari.
Dengan papan nama seadanya dan bangku-bangku berjejer rapi, sang pemilik membuktikan bahwa tidak perlu kemewahan untuk mengikat hati pelanggan cukup rasa yang konsisten, harga yang bersahabat, dan senyum tulus di setiap sapaan.
“Buka jam sebelas siang, tutup kalau sudah habis. Kadang jam tiga sore sudah kosong,” pemilik Mie Ayam Rahma sambil tak lepas dari aktivitas meracik pesanan. Menu andalannya, mie rebus porsi penuh, laris manis. “Kalau minumnya, yang paling banyak dicari itu teh botol,” tambahnya.
Namun, mempertahankan bisnis kuliner bukan tanpa tantangan. Rahma mengaku pernah menghadapi pelanggan yang tak sabar menunggu pesanan, apalagi ketika warung sedang ramai. Belum lagi penurunan omzet di waktu-waktu tertentu, terutama saat musim hujan atau ketika harga bahan baku meroket.
Menariknya, Mie Ayam Rahma memilih tidak langsung menaikkan harga jual setiap kali bahan baku naik.
“Kalau bisa, sabar dulu. Nunggu harga turun lagi. Soalnya, saya ingin pelanggan tetap senang dan mau balik lagi,” tuturnya.
Filosofi sederhana itu justru menjadi kunci loyalitas pembeli, sebagian di antaranya sudah menjadi pelanggan setia sejak tahun pertama warung dibuka.
Suasana di warung Mie Ayam Rahma selalu hangat. Obrolan ringan antarwarga bercampur suara sendok dan sumpit yang beradu di mangkuk. Anak-anak sekolah sering mampir sepulang belajar, sementara para pekerja menjadikan warung ini tempat singgah sebelum melanjutkan aktivitas.
Di tengah persaingan usaha kuliner yang kian ketat, keberlangsungan Mie Ayam Rahma menjadi bukti bahwa ketulusan dalam melayani dan menjaga kualitas rasa bisa mengalahkan gempuran tren makanan cepat saji.
Baginya, setiap mangkuk yang ia sajikan bukan hanya makanan, tetapi juga bentuk cinta kepada para pelanggan yang telah setia menemaninya lima tahun terakhir.
Seperti kata salah seorang pembeli, “Mie ayam di sini rasanya nggak pernah berubah, selalu bikin kangen. Setiap suapan itu nikmatnya sama kayak pertama kali nyoba,” ucap Okta.
Dan di situlah rahasia Mie Ayam Rahma, kenikmatan yang sederhana, namun membekas di hati. (Red)
Oleh: Hasna Tsabita, Bilqis Naudia Azzahra, Egi Surya Diningrum, Assyifa Azzahra