Kampung Berkisah dan Ekonomi Bertumbuh, Saat Untoro Belajar Menuliskan Kisahnya

0
6e16155c-67c0-493e-9224-2ac489e16c70

Lingkarmetro.com | TRIMURJO, LAMPUNG TENGAH – Pagi itu, matahari baru saja naik setinggi pucuk kelapa. Udara di Kampung Untoro masih segar, membawa aroma rumput basah dan tanah yang merekah sisa embun malamnya.

Di halaman Kampung, suara tawa, canda, dan sapaan hangat menyatu seperti orkestra yang dimainkan tanpa konduktor. Hari itu, Minggu (10/8/2025), Balai Kampung Untoro menjadi panggung lahirnya cerita-cerita baru.

Puluhan pemuda memenuhi ruangan, duduk dengan postur penuh perhatian, mata mereka memantulkan rasa penasaran. Mereka datang bukan untuk sekadar mendengar, tetapi untuk belajar bagaimana menuturkan kisah—kisah tentang kampung mereka sendiri, agar dunia tahu Untoro bukan hanya titik di peta, melainkan sebuah kisah hidup yang terus berdenyut.

Kegiatan bertema Kampung Berkisah, Ekonomi Bertumbuh ini diinisiasi oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Dharma Wacana (UDW) Metro, berkolaborasi dengan pemuda setempat.

 

 

 

 

 

Dibuka oleh Kepala Kampung Rohmat, yang diwakili Kepala Dusun 3, Gunawan, suasana resmi bercampur keakraban. Gunawan menatap peserta satu per satu, lalu berkata,

“Kalau kita tidak menulis tentang kampung kita, siapa lagi? Potensi kita besar, dan tulisan adalah jembatan untuk membuatnya dikenal,” ucapnya.

Materi dibawakan dengan gaya santai namun memikat. Salah satu mahasiswa KKN, Arby Pratama menekankan bahwa menulis bukan hanya merangkai kata, tetapi juga menangkap denyut kehidupan.

Arby mengajak peserta melihat kampung mereka dengan mata baru, jalan rusak yang dilalui setiap hari, aroma dapur yang menguar dari warung, suara gemericik irigasi yang mengalir di sawah, semua itu bisa menjadi kisah.

Antusiasme peserta terasa nyata ketika sesi praktik dimulai. Pena berlari di atas kertas, menuliskan cerita tentang kuliner khas, tradisi panen, kisah sukses usaha kecil, hingga kenangan masa kecil di sudut kampung. Ada yang menulis dengan cepat, ada yang berhenti sejenak memandang keluar jendela, merangkai kalimat dengan hati-hati.

Saat karya perserta dibacakan, ruangan mendadak hening. Sebuah kisah tentang Tempe Mendo’an yang tak pernah menyerah meski gagal membuat hadirin mengangguk pelan. Cerita lain tentang Mie Ayam Rahma legendaris kampung memancing tawa ringan dan rasa lapar yang datang tiba-tiba.

Setiap cerita, betapapun sederhana, membuat para peserta sadar bahwa kampung mereka kaya, dan kekayaan itu bisa dituangkan dalam kata. Di penghujung kegiatan, mahasiswa KKN menutup sesi dengan kalimat yang terasa seperti janji,

 

 

 

 

 

 

“Kampung yang bercerita adalah kampung yang hidup. Mari kita tulis, mari kita sebarkan, dan mari kita bangun ekonomi dari cerita kita sendiri,” ungkap Syafruddin salah satu senior Kelompok 9 KKN FISIP UDW Metro.

Siang itu, para peserta pulang dengan langkah ringan, membawa bekal baru yaitu keyakinan bahwa kampung mereka layak diceritakan. Untoro bukan lagi sekadar tempat tinggal, ia adalah halaman-halaman kisah yang menunggu untuk ditulis, satu per satu, oleh tangan anak-anak muda yang mencintainya. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *