Kisah Perjuangan Tim Official di Balik Prestasi Atlet Airsoft Metro Dalam Fornas Lombok

0
ce7a0367-1879-4651-b884-7cec776fca85

Lingkarmetro.com | METRO — Di balik gemuruh sorakan dan kilau medali yang didapat para atlet Airsoft dari Kota Metro dalam ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII di Nusa Tenggara Barat, ada sebuah kisah yang tak pernah benar-benar naik ke permukaan. Sebuah kisah tentang peluh, strategi, dan dedikasi dari orang-orang yang jarang disebut dalam berita utama, yaitu tim official.

Di tengah teriknya cuaca Lombok dan jadwal pertandingan yang ketat, para atlet Airsoft Metro berhasil mencatatkan prestasi membanggakan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa keberhasilan itu bukan semata hasil tembakan jitu atau strategi lapangan yang sempurna.

Ada tangan-tangan bekerja dalam diam, mulai dari mengurus logistik, memantau kesehatan atlet, menyusun strategi mental, hingga bernegosiasi dengan panitia dan wasit di balik layar. Mereka adalah para official.

Salah satu tokoh kunci di balik kesuksesan ini adalah Ari Indra Jaya Alias Chen Alias Chentong alias Viet Kong, seorang tim official yang telah mempersiapkan keikutsertaan Metro dalam Fornas selama berbulan-bulan. Kak Chen sapaan akrabnya, tidak hanya bertugas mengatur dan menjadi penghubung vital antara atlet, panitia, dan tim pelatih, dirinya juga harus lalat kilir mempersiapkan konsumsi.

Sejak jauh hari, tim official Metro sudah membentuk skema latihan dan pemetaan kekuatan lawan. Mereka menganalisis video pertandingan dari Fornas sebelumnya, melakukan simulasi laga, bahkan memantapkan teknik berulang kali. Semua itu dilakukan dalam kesenyapan, tanpa publikasi, tanpa sponsor besar.

Selama di Lombok, para atlet tinggal di sebuah hotel, di tempat itulah segala dinamika berlangsung. Tomi Kurniawan, salah satu peserta Airsoft Metro, menyebut hotel sebagai “dapur tempur.”

“Di sinilah kita masak strategi, mengobati kaki yang keram, meredakan emosi, dan menguatkan semangat. Saya kadang harus bangun pagi hanya untuk menyemangati atlet yang cemas akan bertanding,” kata pria yang akrab sapa O’ok tersebut.

Hotel itu pula yang menjadi ruang diskusi tak henti. Kadang dipenuhi suara tawa, kadang senyap karena tekanan. Satu hal yang tak pernah hilang yaitu semangat kolektif.

Chen bersama dua rekan official lainnya memiliki tugas ganda mulai dari menyiapkan spare part dari Metro, membawa alat komunikasi, dan beragam hal detail lainnya.

Tim official yang bukan pelatih, bukan teknisi, bukan juga bagian dari penerima medali. Tapi perannya sangat penting, menjaga keseimbangan emosi para atlet, menjadi pendengar, bahkan memastikan kesiapan asupan makanan para atlet.

Mereka yang berangkat dengan sebagian besar menggunakan dana pribadi atau iuran mandiri dari komunitas, semua terbayar lunas ketika bendera Metro berkibar di podium kehormatan, ketika atlet meraih medali emas dalam ajang Fornas.

Prestasi ini seharusnya menjadi pemantik refleksi. Bahwa olahraga rekreasi seperti airsoft bukan hanya urusan seru-seruan komunitas. Ada kerja keras, dedikasi, bahkan pengorbanan yang patut dihargai. Tim official bukan sekadar pelengkap, mereka adalah tulang punggung dari prestasi yang kita rayakan.

Kota Metro patut berbangga, tapi lebih dari itu, patut mendukung secara sistematis. Anggaran, perhatian, dan penghargaan harus dibagi adil, tidak hanya kepada peraih medali, tetapi juga kepada mereka yang bekerja dalam sunyi.

Karena dalam setiap kemenangan, ada tangan-tangan yang tak terlihat, namun selalu bekerja tanpa tepuk tangan. (Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *